Selasa, 17 November 2009

Ode to a Friend

teman!

Sulit untukku membuat keputusan seperti ini, tetapi tidak bagimu mungkin. Apa yang kuanggap pernah kita jalani bersama mungkin akan sulit untuk terhapus dari memori dalam otak dan hatiku. Aku yang hingga saat tulisan ini kutitipkan di dalam dunia maya masih menganggap awal dan akhir hidupku adalah sebuah rantai ketergantungan terhadap mu. Aku sadar kau tidak pernah merasakan apa yang kurasakan hingga saat ini . . .

Tidak membutuhkan waktu lama bagiku untuk sekedar mengingat berapa banyak momentum kehidupan yang telah kita lalui bersama. Momentum tempat berpijak yang kelak membuat kita menjadi seperti saat ini.

Terlalu banyak ingatan yang harus segera kuhapuskan untuk melangkah tanpamu, berat, tetapi harus !!!

Sudah tidak ada lagi mungkin bahkan telah lama kau hapuskan diriku dari daftar kehidupanmu, tetapi kau yang pandai menyembunyikan perasaan hingga tak seorang pun bahkan aku mengetahuinya.

Ya . . . aku paham teman !!! ini pilihanku memang, ini semua kulakukan karena aku tahu kau mampu menguasai dunia ini sendiri, dan biarlah aku yang akan memainkan peran si pecundang itu.

Hanya ini yang mampu kulakukan, memutuskan silaturahmi pertemanan, aku tidak mampu memutuskan tali silaturahim persaudaraan yang telah mengalir di dalam darah tubuh ini jauh sebelum kita sadar bahwa kita adalah bersaudara . . .

Sabtu, 14 November 2009

CPNS 2009


Jum'at, 13 November 2009.

Hari terakhir pendaftaran berkas untuk syarat-syarat ujian CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) daerah kota Medan dan Sumatera Utara. Tidak terlihat ramai seperti hari-hari pendaftaran sebelumnya, saya berminat untuk mendaftar di hari terakhir ini.

Sampai di tempat lokasi pendaftaran yaitu kantor Pos Pusat Sumatera Utara saya langsung melengkapi beberapa persyaratan berkas yang belum sempat saya lengkapi. Sesudah terlengkapi seluruh persyaratan saya sempat bingung karena ketika memasuki kantor pos tersebut dari depan saya harus mengikuti rambu-rambu yang mengarahkan saya ke tempat lokasi pendaftaran, tertawa juga sedikit ketika menyadari ternyata tempat pendaftaran berada di belakang kantor tersebut, tempat dimana saya tidak jauh memarkirkan kenderaan saya.

Memasuki ruangan pendaftaran saya lumayan bernafas lega karena antrian tidak begitu panjang seperti di hari-hari sebelumnya. Di saat mengantri saya agak terkesima ketika melihat para pendaftar yang sudah mendapatkan giliran mengeluarkan sejumlah uang yang variatif nilainya sepanjang pantauan saya nilai paling kecil adalah sepuluh ribu rupiah dan yang terbesar adalah dua puluh ribu rupiah. Tiba saat antrian saya tiba, saya pun dikenai bayaran sebesar sepuluh ribu rupiah, kemudian saya bertanya kepada pendaftar lain yang dikenakan bayaran berbeda dari saya dan akhirnya saya menyimpulkan untuk kota Medan dikenakan biaya sepuluh ribu rupiah, untuk provinsi Sumatera Utara dikenakan biaya lima belas ribu rupiah dan untuk luar kota Medan dikenakan biaya dua puluh ribu rupiah. Dan setelah saya mengamati resi atau bukti pembayaran yang saya terima ternyata berkas yang saya masukkan tersebut akan dikirim dalam kategori paket kilat untuk kiriman dalam sehari dengan rincian dalam kota dikenakan charge sebesar satu dollar Amerika yang jika dirupiahkan hanya sebesar sembilan ribu empat ratusan saja, kemana sisanya? Pertanyaan pun muncul dalam benak yang nakal dan usil ini.



Menurut beberapa media lokal yang beredar, pendaftar ujian calon pegawai negeri sipil (CPNS) di Sumatera Utara sudah mencapai hampir angka lima puluh ribu peserta. Dari selisih antara biaya yang dikutip oleh pihak kantor pos yakni lima ratus rupiah jika dikalikan dengan jumlah pendaftar saat ini maka hitungan kasarnya akan menjadi dua puluh lima juta rupiah. Hitungan tersebut sangat kecil bagi sebuah instansi tetapi masalahnya ini menyangkut uang rakyat, jika selisih uang tersebut masuk ke dalam area kantor pos sebagai kompensasi atas kerjasama pihak pemerintah dalam hal ini pemerintahan provinsi Sumatera Utara, buat apa ada anggaran untuk penerimaan calon pegawai negeri sipil di negara ini. Jadi situasi yang ada saat ini kalau saya harus menganalogikan nya adalah rakyat dalam hal para pelamar calon pegawai negeri sipil ibarat sebuah sapi yang ketika susunya usai diperas maka ia pun harus menghadapi tukang jagal untuk mengambil dagingnya.

Kejam, itu menurut saya. Ketika rakyat harus melihat jumlah gaji anggota dewan, menteri hingga presiden yang sangat dapat membuat jantung ini dapat berhenti, rakyat juga harus membunuh rasa yang ada pada dirinya ketika menyadari ia harus menjadi korban dari si tukang jagal untuk menjual dagingnya.

SEKIAN