Umat muslim sedunia kembali memasuki bulan suci yang penuh rahmad, bulan yang terbaik diantara seribu bulan, bulan dimana seluruh dosa akan mendapatkan ampunannya.
|
image from https://www.aerobrain.blogspot.com |
Bulan ramadhan yang datang setahun sekali menurut perhitungan umat muslim sedunia. Dan seperti biasanya yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, umat muslim seluruh dunia juga melakukan berbagai seremoni untuk menyambut bulan ini, seremoni yang pada akhirnya hanya akan mengakibatkan umat muslim tergelincir pada bid’ah yakni sesuatu yang terkadang baik untuk dilakukan tetapi tidak pernah diperbuat ataupun dianjurkan oleh nabi Muhammad rasulullah saw. Nabi Muhammad rasulullah saw dalam riwayatnya hanya selalu menekankan kepada umatnya untuk tidak lupa pada ibadah yang wajib yakni shalat fardhu ditambah sunah-sunahnya dan lalu diikuti oleh rukun-rukun islam yang lainnya seperti di awal rukun yaitu membaca dan dawam mengenai dua kalimat syahadat (asyhaduanla ila haillallah wa asyhaduanna muhammadan rasulullah/tiada tuhan selain Allah yang berhak untuk disembah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah sebenar-benarnya rasul utusan Allah), lalu umat muslim dianjurkan untuk berpuasa bila mampu tetapi jika tidak dapat melakukannya umat muslim dapat melakukan ibadah-ibadah lainnya sesuai anjuran kitab suci al-qur’an dan hadits sekaligus teladan-teladan tingkah laku nabi lainnya. Selanjutnya umat muslim juga dianjurkan untuk membayar zakat itupun jika mampu, lalu yang terakhir ada ibadah haji menuju tanah suci Mekkah tempat dimana nabi Muhammad dilahirkan dan agama islam diturunkan oleh allah swt itupun sekali lagi jika mampu.
Dari lima rukun yang wajib untuk ditunaikan umat Islam ada satu rukun ibadah yang selalu mendapat perhatian dari Allah dan rasulullah yakni ibadah shalat khususnya ibadah shalat lima waktu. Tetapi ini bukan untuk menghilangkan nilai-nilai dari ibadah puasa, ibadah puasa itu sangat penting sehingga ia diletakkan pada posisi ketiga dari rukun islam yang ada. Tetapi dari seluruh rukun ibadah yang ada shalat adalah ibadah yang tidak memiliki nilai nilai tawar sama sekali apalagi untuk menggantikan nya. Shalat adalah satu-satunya ibadah yang tidak bisa dibayar dalam islam dalam artian untuk menggantikannya. Jika orang tua yang tidak sanggup sama sekali untuk berpuasa entah itu ia terkena penyakit ataupun ia telah terlalu tua untuk menjalankan ibadah puasa yang sempurna ia dapat menggantinya dengan membayar fidyah atau dendanya kepada fakir miskin ataupun orang lain yang memerlukan pertolongan. Demikian juga dengan zakat dan naik haji yang hanya dapat dilakukan jika benar-benar telah mampu.
Shalat fardhu yang lima waktu tersebut jika tertinggal tidak dapat diganti ataupun tergantikan, tetapi jika ia tidak dapat dilakukan dalam posisi manusia yang sehat dan sempurna ia dapat dilakukan dengan posisi manusia tersebut semampunya saja. Disitulah letak tidak ingin tahu umat muslim saat ini atau mungkin mereka memang tidak ingin memahami rukun-rukun dan tata cara dalam agama mereka sama sekali. Setiap ibadah yang dilakukan umat muslim memliki esensi atas hal untuk apa ibadah tersebut dilakukan. Jadi Islam menerapkan ibadah kepada umatnya bukan melalui doktrinisasi yakni melakukan ibadah tanpa mengetahui alasan rasionalnya sama sekali.
Puasa adalah ibadah untuk menahan nafsu manusiawi secara keseluruhan bukan hanya menahan haus dan lapar yang dirasakan oleh manusia. Puasa juga bukan hanya ibadah yang dapat dilakukan di bulan ramadhan saja, puasa juga dapat dilakukan di bulan-bulan lainnya. Puasa menjadi wajib hukumnya di bulan ramadhan hanya kepada yang mampu melaksanakannya jika ia sehat jasmani dan rohani. Tetapi apa yang kita dapati saat ini adalah umat yang hanya mencintai seremonial belaka.
Mayoritas umat islam saat ini lebih mencintai seremoni dari suatu ibadah, dan ramadhan adalah bulan yang penuh akan gambaran tersebut. Lihat berapa banyak umat muslim yang sangat menghafal raka’at-raka’at dan rukun dalam melaksanakan shalat sunat tarawih, shalat sunah setelah shalat fardhu isya yang bahkan dahulu tidak pernah dianjurkan bahkan dicontohkan oleh rasulullah sendiri. Dan efek dari sifat yang seremonial tadi adalah; banyak umat muslim yang ada saat ini hanya melakukan ibadah shalat sunah tarawih di awal-awal ramadhan saja. Lihat saja mesjid-mesjid di awal ramadhan yang sangat padat dari awal sahur hingga sahur di hari berikutnya, kepadatan ini akan semakin berkurang seiring berjalannya bulan ramadhan tadi.
Coba juga lihat orang-orang kikir yang tiba-tiba berubah menjadi seorang dermawan terhadap kaum fakir miskin dengan selalu memberikan sumbangan di bulan ramadhan bahkan membayarkan zakatnya dengan berlebih-lebihan, sebuah sifat yang sangat tidak pernah diinginkan oleh rasulullah sehingga beliau tidak pernah memberikan contoh kepada umatnya.
Sifat-sifat diatas sebenarnya sangat baik dan terpuji di mata allah, tetapi sayangnya sifat tersebut hanya terjadi di bulan ramadhan. Kalaupun berkesinambungan itu hanya sedikit saja, dan dari yang sedikit itulah dapat ditemukan umat-umat yang mendapatkan hidayah ataupun pencerahan dari tiap-tiap ibadah yang dilakukannya. Puasa bukan hanya bulan untuk menahan lapar, haus dan nafsu saja. Puasa adalah dimana manusia benar-benar menjadi makhluk yang tertinggi derajatnya diantara makhluk-makhluk lain dengan cara mendaur ulang jasmaninya dari makanan, minuman dan nafsu-nafsu lainnya yang didapatinya selama bulan-bulan di luar bulan ramadhan. Jadi ramadhan bukan hanya sebatas bulan tanpa makan dan minum melainkan bulan dimana manusia diproses untuk menjadi makhluk tertinggi dan sekaligus yang terkuat di muka bumi ini. Di bulan ramadhan manusia diajarkan bahwa dengan berpuasa manusia tidak akan menjadi lemah melainkan akan lebih memberikan kekuatan kepada manusia.
Dan tanpa memperkecil arti dan makna dari ibadah-ibadah yang ada dalam islam seperti puasa, membayar zakat dan ibadah haji, bahwa inti dari segala ibadah dalam islam adalah shalat. Nabi Muhammad seringkali berpesan bahwa shalat itu adalah tiang agama, dianggap tiang agama karena dari shalatlah umat muslim dapat menjadikan islam ini menjadi agama yang kuat tidak hanya secara fisik tetapi secara rohani juga. Dalam shalat terdapat ketaatan terhadap sang pencipta yang sangat besar jika dilakukan dengan khusyuk dan sempurna. Dan dalam shalat juga terdapat kedisplinan yang sangat besar terhadap diri sendiri. Karena terlalu pentingnya ibadah shalat bahkan dalam keadaan tidak sempurna sekalipun seorang manusia tetap harus melakukan ibadah shalat khususnya shalat fardhu lima waktu pada waktu-waktunya masing-masing..
Sekali lagi tanpa memperkecil arti ibadah puasa pada bulan ramadhan ini, marilah kita kembali memberikan sedikit waktu untuk melihat cerminan umat muslim saat ini dan mulai membenahinya berawal dari bulan ramadhan ini. Dengan cara meningkatkan ibadah shalat fardhu kita ditengah-tengah ibadah puasa tentulah itu sangat memberikan arti yang lebih pada diri kita dan umat muslim yang ada. Apalagi jika semua keberhasilan kita dalam menjalankan seluruh ibadah yang diperintahkan oleh allah swt di bulan ini dapat kita lanjutkan pada bulan-bulan berikutnya sampai tahun-tahun berikutnya hingga ajal menjumpai kita. Tentulah kita akan menjadi umat yang sangat ditakuti bukan karena rajin membunuh sesama tetapi karena selalu memberikan kedamaian ditengah-tengah kehidupan di muka bumi ini.
Dan sekali lagi ini semua harus dilakukan dengan melalui diri sendiri dahulu.
SEKIAN