Lagi-lagi heboh bermasalah dengan tetangga, seperti tinggal di perumahan nasional (PERUMNAS) saja. Malaysia membuat iklan untuk ditayangkan di stasiun televisi swasta internasional (DISCOVERY CHANNEL) dengan tujuan mempromosikan program pariwisata negara tersebut. Tetapi ternyata dalam iklan yang dibuat oleh pihak swasta Malaysia tersebut terdapat plot-plot yang menggambarkan tari-tarian yang sejatinya selalu digunakan masyarakat Hindu di Provinsi Bali Indonesia untuk menyambut dewa dalam upacara keagamaannya, yakni tari 'PENDET'. Tari ini pada akhirnya tidak hanya dijadikan tarian sakral pada upacara keagamaan agama Hindu Bali tetapi juga telah lama menjadi ikon pariwisata Bali khususnya dan Indonesia umumnya sejak negara Indonesia berdiri. Dan 3 tahun sebelum negara Indonesia berdiri beberapa antropolog asing yang melakukan penelitian antropologi dengan media visualisasi juga telah merekam seluruh kebudayaan masyarakat Bali termasuk tari 'PENDET'.
Malaysia berkata bahwa dengan tayangnya iklan pariwisata Malaysia tersebut dengan tari 'PENDET' di dalamnya bukan berarti Malaysia mengklaim bahwa tarian tersebut milik mereka. Tetapi mereka juga tidak menjelaskan apa latar belakang hingga dimasukkannya tarian tersebut dalam iklan pariwisata Malaysia tersebut. Mereka juga bukan negara miskin yang tidak memiliki kekayaan budaya. Banyak budaya mereka yang bisa mereka promosikan ke dunia internasional, hanya saja akan butuh waktu lama untuk memperkenalkannya. Dengan mengambil salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia seperti tari 'PENDET' yang juga telah mendunia sejak lama ia tidak perlu lagi membutuhkan waktu yang lama untuk mempromosikannya. Toh penari-penari yang muncul dalam iklan tersebut juga belajar di Bali Indonesia dan pengambilan gambarnya juga ternyata di daerah Bali Indonesia.
Tidak hanya sekali ternyata tetangga ini mengambil apa yang bukan menjadi hak miliknya dari mulai bangsa Indonesia berdiri hingga akhirnya diikuti oleh Malaysia dengan hak untuk merdeka dari penjajahnya yakni Inggris ia sudah mulai mengambil secara perlahan-lahan (cantik main orang Medan bilang . . .). Lagu kebangsaannya saja ambil contoh, notasinya, tempo lagu sangat mirip sekali dengan lagu yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Bahkan artis sekaligus aktor yang sangat dielu-elukan bangsa Malaysia juga berasal dari ujung Sumatera yaitu P Ramlee si Madu Tiga. Tahun 2000 Malaysia juga mengklaim bahkan mengadakan pameran hingga ke dunia internasional untuk memeperkenalkan Batik yang dulu pernah dipakai pada seragam resmi Pertemuan G-8 di Indonesia dimana pada saat itu Indonesia masih dipimpin oleh Soeharto.
Di tahun ini juga berkali-kali Malaysia melakukan pelecehan terhadap bangsa Indonesia, mulai dari mengklaim Reog Ponorogo (khas Jawa Timur) hingga lagu 'rasa sayange' dari timur Indonesia. Dan berkali-kali juga patroli keamanan laut Indonesia melihat kapal-kapal militer angkatan laut Malaysia melakukan pelanggaran tapal batas kedaulatan negara Indonesia. Di darat seperti di perbatasan Kalimantan dan Sarawak, seringkali didapati bahwa tapal-tapal batas negara Indonesia bergeser di pedalaman hutan antara Kalimantan dan Malaysia. Entah apalagi yang akan mereka lakukan pada bangsa kita ini dan entah apalagi yang akan mereka klaim dari bangsa ini, mungkin saja 'koteka' dan isi-isinya dari Irian Jaya akan diklaim oleh mereka nantinya. Kita tunggu saja.
Satu hal yang perlu ditambahkan juga disini bahwa pemimpin pertama republik ini pernah berkata 'Malaysia seharusnya menjadi bagian dari Indonesia' jadi tidak perlu ia mengklaim hasil budaya dari negeri kita lagi. Tapi nasi sudah menjadi bubur dan intelektual-intelektual negeri ini juga sudah banyak yang menjual budayanya kepada Malaysia dan tetangga-tetangga kita yang lain. Jadi menurut saya yang diperlukan saat ini adalah seorang pemimpin yang mampu membawa bangsa ini kepada bangsa yang memiliki harkat dan martabat di mata dunia dan jalan satu-satunya adalah dengan mengambil tindakan yang cepat dan tegas untuk kasus-kasus seperti ini.
Sekali lagi ini hanya tulisan untuk membangun, bukan untuk menghancurkan.
SEKIAN